Sabtu, 30 Mei 2009

pemilu, bisakan merubah pendidikan

pemilu, kata yang menjadikan tolak ukur perubahan. itulah kata sebagian orang. tapi sebagian lagi mengatakan tak ada bedanya. terlepas dari itu semua, marilah kita berpikir sejenak dengan pikiran arif dan bijaksana.
percaya atau tidak, pemilu dijadikan sebagai ajang untuk memilih wakil rakyat, terlepas apakah wakil yang kita pilih benar atau salah, wakil itulah yang akan menjadi tolok ukur nasib rakyat. pun demikian dengan nasib pendidikan. kalo orang yang kita pilih menomor sekiankan pendidikan, tentu nasib itu yang akan menimpa pendidikan ini. bukankah agama kita mengajarkan naib ini bergantung pada usaha dan doa. maka tidak salah kalau saya mengajak anda semua untuk berbikir bijak. kalau anda golpun, saya yakin anda punya alasan untuk melakukan itu. tapi kalau anda memilih pilihlah mereka-mereka yang benar-benar membawa negara ini sejahtera, tentu negara ini sejahtera dimulai dari pendidikannya. terlepas ada calon yang bisa membawa kesejahteraan atau tidak saya yakin anda bisa menganalisanya sendiri

gerbang pendidikan

pendidikan. benarkan pendidikan ini sudah baik?????????????????????? itulah hal yang aku pikirkan saat aku membaca buku-buku koleksiku yang kutaruh di loker. saat ku baca sekilas terlihat oleh mataku satu kata yang membuatku harus menghentikan gerakan tangaku tuk membolak-balikkan lembaran buku. kata yang aneh tapi memang itu kenyataannya.
"indonesia negara kaya"
banarkah, batinku berkata. kalao kaya kenapa masih ada anak-anak kecil yang setiap pagi harus mengangkat tangannya di tengah keramaian lampu merah, bukankah seharusnya mereka sedang asyik mendengarkan dongeng di sekolah, bukankah waktunya mereka mengukir dengan tangannya di atas kertas, bukan malah mengukir tangannya di atas nasih orang lewat. kenapa mereka harus mengangkat tangan, aku dibuat bingung, sampai akhirnya otakku berkata "tidak" negara ini miskin. aku pun mengerutkan keningku, sambil berkata di dalam hatiku "bukankah banyak mobil berkeliaran di disaat pagi buta, banyak gedung2 menjulang tinggi seolah-olah ingin menggilas rumah-rumah kumuh di pinggiran, benarkah negara ini miskin, atau malah justru kaya raya. GELODAK, suara buku terjatuh dari tanganku, aku baru saDAR INILAH HIDUP, ada Yang di atas tapi ada yang di bawah, tapi kenapa yang di atas lupa YANG dibawah, kanapa yang di bawah tak mau menuruti yang di atas. maukah menjadi yang di atas, maukah kita mengerti yang di bawah. inilah filosofiku.